Rabu, 01 Desember 2010

Memaknai Tahun Baru Hijriyah dengan Benar

Ya Allah jadikan diri kami menjadi manusia amanah atas nikmat waktu yang Kau berikan kepada kami...


Tidak terasa sobat, 1431 Hijriah akan meninggalkan kita. Kurang dari 1 minggu, kita akan memasuki tahun baru 1432H. Seorang Muslim sejati akan menjadikan moment tersebut sebagai penambah motivasi untuk menjadi lebih baik, lebih bersyukur kepada Allah SWT dengan meningkatkan kualitas ibadah dan kualitas hubungan ukhuwah antar sesama.

Jangan heran, ada juga sebagian dari manusia yang menjadikan tahun baru Islam sebagai perayaan yang mengarah kepada kesyirikan. Naudzubillah, menganggapnya sebagai hari sial untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, mencuci jimat dan pusaka dan melakukan ritual-ritual lainnya yang konon telah dilakukan terus-menerus oleh nenek moyang terdahulu.


وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلا يَهْتَدُونَ


“dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (TQS. 2 : 170)

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلا يَهْتَدُونَ


“apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". mereka menjawab: "Cukuplah untuk Kami apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya". dan Apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?. (TQS. 5 : 104)

Muharam adalah bulan awal tahun kalender Islam. Kalender Islam disebut Hijriah mengikuti perputaran bulan bukannya matahari seperti kalender Masehi. Oleh karena itu jumlah harinya pun berbeda. Hijriah memiliki 11 hari lebih pendek dari Masehi. Dalam perhitungan matahari dalam satu tahun terdapat 365 hari, sedangkan perhitungan bulan terdapat 354 hari. Tak heran pernah dalam satu tahun Masehi umat Islam merayakan dua kali Idul Fitri.

Ternyata bukan itu saja perbedaannya. Kontrasnya malam yang gelap dan siang yang terang, seperti itu jugalah perbedaannya dalam kehidupan kita belakangan ini.

Malam hari menjelang tahun baru Masehi, dapat dipastikan jalanan macet, hunian hotel meningkat, pusat hiburan ramai, dan terompet laku. Menghabiskan malam dengan tawa dan berusaha mengenyahkan duka. Semuanya tak jauh dari urusan hura-hura karena bagi mereka tahun baru berarti umur yang baru.

Lihatlah bagaimana malam hari menjelang tahun baru Hijriyah. Jalanan normal, hunian hotel juga normal, pusat hiburan sepi bahkan tak ada yang iseng menjual terompet. Bukan berarti tak ada kegiatan, namun kegiatannya berpindah ke mesjid-mesjid untuk mendengar ceramah dan Mabit.

Hilang segala hingar bingar, mereka menghabiskan malam dengan menangis memohon ampun pada Allah swt. Tangis mereka seperti kehilangan sesuatu yang berharga. Benar, sebenarnya kita telah kehilangan waktu kita di dunia secara perlahan.



Tahun Hijriah seperti namanya, ditetapkan setelah Rasulullah saw. Hijrah dari Mekah ke Madinah. Sebelumnya penamaan tahun didasarkan atas nama binatang, seperti tahun saat Rasulullah diahirkan merupakan tahun Gajah, persoalan mungkin atau tidaknya penamaan ini berlanjut sampai sekarang oleh kalender Cina, Wallahu ‘Alam.

Berdasarkan atas nama tersebut, maka sebaiknya momen tahun baru Hijriah ini kita maknai sebagai hari kita juga untuk Hijrah. Selemah-lemahnya Hijrah tentunya adalah hijrah niat. Bila tahun sebelumnya kita sering punya niat jahat terhadap orang lain maka tahun ini berubah jadi niat baik.

Alangkah baiknya jika bisa hijrah tempat. Bila kondisinya memungkinkan, dan tempat anda dikelilingi oleh kemaksiatan hijrahlah ke tempat yang lebih baik. Bisa juga dari tempat kerja yang penuh korupsi ke tempat kerja yang lebih sehat. Bahkan ada ayat yang melarang kita berdiam di suatu tempat seandainya di tempat itu kita sering didzalimi.

“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [TQS. 4 :100]

Hijrah yang baik tentunya dengan segala perhitungan yang matang. Karena perhitungan yang matang akan mendatangkan harapan. Akhirnya kemanapun, dengan apapun, disertai niat apapun, yakinkan setiap hijrah anda adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt sehingga setiap hijrah kita dihitung ibadah. Amiiin

Semoga bermanfaat




Kamis, 18 November 2010

Keutamaan Qurban

Keutamaan Korban

“Dari Aisyah r.a. katanya; Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiada amalan anak Adam pada hari Aidil Adha yang disukai Allah selain daripada menyembelih korban. Korban-korban itu akan datang kepada orang yang melakukannya pada hari kiamat seperti keadaan semula, iaitu dengan anggotanya, tulangnya, tanduknya dan bulunya. Darah korban itu lebih dahulu jatuh ke suatu tempat yang disediakan Tuhan sebelum jatuh ke atas tanah. Oleh sebab itu, berkorbanlah dengan senang hati”.
(at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Huraian:
  • Korban adalah salah satu ibadat yang paling disukai Allah S.W.T. yang dilakukan oleh hambanya semata-mata kerana Allah, dan mengharapkan keredhaanNya.
  • Binatang-binatang korban akan datang pada hari kiamat nanti kepada orang yang melakukannya dengan keadaan seperti asalnya.
  • Darah korban itu terlebih dahulu jatuh ketempat yang disediakan oleh Allah S.W.T. sebelum ianya jatuh ke tanah. Darah yang menitis jatuh menjadi keampunan bagi dosa yang telah lalu.
  • Islam menggalakkan umatnya agar berkorban dengan binatang yang disayangi dengan niat ikhlas semata-mata kerana Allah S.W.T.

Selasa, 26 Oktober 2010

Kesabaran Muhammad Laksana Mukjizat

Sikap sabar merupakan hal yang sangat mendasar dalam kehidupan. Setiap orang membutuhkan sikap sabar. Terutama ketika menghadapi cobaan, musibah, bencana, dan hinaan yang bertubi-tubi. Adalah Rasulullah saw. menjadi teladan purna dalam sikap sabar. Pada kesempatan kali ini rubrik Khutbah Jum’at mengupas sikap sabar. Bagi para da’i dan khatib bisa menyampaikan tema ini dan meyakinkan umat akan pentingnya sikap sabar.
أما بعد فيا أيها المسلمون:
Kabar gembira bagi kita umat Islam
Kita memiliki “tiang” panutan yang tak lekang
Ketika Allah menyeru agar para da’i mengajak
Untuk taat pada Rasul mulya, maka kita jadi sebaik-baik umat
Saudaramu, Isa memanggil orang mati, lalu hidup
Kamu, telah menghidupkan generasi dari sebelumnya tak berarti
Ya Rasulullah, shalawat dan salam atasmu
Sebaik-baik utusan yang tidak ambisi, namun baik budi
أيها المسلمون:
Tema yang kita bahas pada kesempatan ini adalah salah satu sisi dari sekian banyak sisi keagungan Muhammad saw. Keagungannya membelalakkan mata. Kemulyaannya menyihir pikiran. Sisi ini mulya karena beliau orang yang mulia. Adalah benar karena beliau selalu benar. Beliau telah membangun misi yang jauh lebih kokoh dibandingkan dengan gunung. Beliau telah meletakkan prinsip-prinsip hidup secara lebih dalam dibandingkan dengan sejarah itu sendiri. Beliau membangun tembok yang tidak akan pernah terbakar oleh suara dan ejekan.
Adalah Muhammad saw., apapun yang Anda bicarakan pasti Anda akan menemukan kebesaran beliau. Mari kita kaji sisi kesabaran beliau saw.
Al Qur’an menyebut kata Shabar lebih dari sembilan puluh (90) tempat. Suatu kali Allah swt. memuji orang-orang yang sabar, pada kesempatan lain Allah memberi kabar gembira berupa pahala orang-orang yang sabar. Pada tempat yang lain Allah swt menyebut buah dari sikap sabar.
Allah swt berfirman kepada Rasul-Nya saw., (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً) “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.” Al Ma’arij:5
Jika kamu mendapatkan penentangan dari unsur kebatilan dan permusuhan dari pemimpin yang dzalim, maka (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Jika harta kamu sedikit, kefakiran melilit, gundah-gulana menyergap dan beban hidup menghimpit, maka (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Jika jumlah sahabat kamu sedikit dan pendukung kamu bercerai-berai, maka (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Jika jalan yang kamu tempuh penuh rintangan, kamu lihat dunia gelap dan penuh maksiat, maka
(فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Jika anak-anakmu meninggal, kerabat dan orang yang kamu cintai mendahuluimu, maka (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Perjalanan hidup Muhammad saw. mengajarkan kepada kita bagaimana bersikap sabar yang baik. Sabar yang sebenarnya. Beliau menjadi figure bagi siapapun dalam kesabaran. Ketika beliau tinggal di Mekah, para kerabat dan orang tercinta memusuhinya. Beliau dihinakan oleh orang awam lagi tak berpengetahuan. Kerabat dekat dan khalayak umum memeranginya, namum beliau tetap sabar. Beliau sangat kekurangan, sambil menaruh batu di perutnya karena kelaparan dan kehausan. Beliau paling sabar di antara manusia.
Beliau ditinggal pergi selamanya oleh istri tercinta nan cerdas. Istri yang pandai yang ditarbiyah di keluarga kenabian. Istri yang senantiasa mendukung dan membelanya. Ia meninggal pada waktu Rasulullah saw mendapatkan banyak krisis. Ia meninggal pada fase Mekah di mana pendukung jahiliyah sedang gencar memusuhinya. Dialah Khadijah, dia menjadi orang nomor satu dalam membela suaminya. Khadijah tempat mengadu Rasul. Tempat curhat. Khadijah meyakinkan suaminya,
(كلا واللهِ لا يخزيكَ اللهُ أبدا، إنك لتصلُ الرحم، وتحملُ الكلَ، وتعينُ الملهوفَ، وتطعمُ الضيفَ، كلا واللهِ لا يخزيكَ اللهُ أبدا).
“Tidak, demi Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan kamu. Anda orang yang menyambung silaturahim. Membantu orang yang membutuhkan. Memulyakan tamu. Sekali-kali Allah tidak akan menyia-nyiakan kamu.”
Khadijah meninggal pada “Aamul Huzni” tahun duka-cita. Muhammad sabar, karena Allah swt. berfirman kepadanya, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Kaum kafir Quraisy, di antara mereka ada paman dan kerabat Muhammad sedang membuat konspirasi untuk membunuhnya. Mereka mengutus lima puluh pemuda yang mewakili masing-masing kabilah untuk membunuh Muhammad. Dengan pedang terhunus kelima puluh pemuda mengepung rumah Nabi. Mengetahui rumah beliau dikepung, beliau bersabar, paling sabar dibandingkan semua manusia. Beliau keluar dari rumahnya dengan sangat hati-hati,. Atas kehendak Allah swt. para pemuda dalam kondisi ngantuk berat. Beliau sabar karena Allah menyeru kepadanya, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Ketika Muhammad menabur debu di wajah-wajah mereka, mereka tertidur pulas sehingga lepaslah pedang dari tangan-tangan mereka. Rasulullah saw membacakan ayat,
(وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدّاً وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدّاً فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لا يُبْصِرُونَ)
“Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” Yasin:9
Beliau menuju gua Tsur, bersembunyi dari kejaran musuh. Musuh menyusul dan menyergap di atas gua. Mereka turun lewat sebelah kanan gua. Mereka mengelilingi gua. Mereka ingin masuk, namun tak kuasa. Abu Bakar yang menemani Muhammad bergumam, “Wahai Rasulullah, demi Allah, sekiranya salah seorang dari mereka melihat kakinya, pasti ia melihat kita.”
Rasulullah saw tersenyum. Senyuman pemimpin dunia. Senyuman panglima rabbani. Senyuman orang yang tsiqah atau yakin dengan pertolongan Allah swt. beliau bersabda,
ويقول: يا أبا بكر، ما ظنُك باثنين اللهُ ثالثُهما؟ ويقول: لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا.
“Wahai Abu Bakar, Apa kamu mengira kita hanya berdua, padahal Allah lah yang ketiganya!? Beliau menyakinkan, “Jangan bersedih, sungguh Allah bersama kita.”
Ini adalah dusturul hayah, prinsip kehidupan. Pelajari dan ajarkanlah. Ajarkanlah kepada anak-anak kalian, istri-istri kalian, orang sekeliling kalian. Ajari mereka pada setiap kesempatan dan waktu bahwa sukses itu dalam prinsip, (لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا)
Rasulullah saw keluar dari gua Tsur, sedangkan orang kafir tidak mengetahuinya kalau beliau berada di sana. Beliau keluar menuju Madinah. Kafir Quraisy tidak berhenti mencarinya, bahkan mereka tidak malu-malu membuat sayembara di muka umum, mereka menyiapkan seratus unta merah bagi yang menemukan Muhammad, hidup atau mati.
Dengan bersenjata panah dan pedang Suraqah mengejar Muhammad. Rasulullah melihat Suraqah memacu kudanya, mendekat. Dalam kondisi sangat lapar dan haus ditengah terik sahara, kondisi psikis yang tertekan, beliau meninggalkan istrinya, putri-putrinya, rumahnya, tetangganya, paman-pamannya, bibi-bibinya. Beliau hanya berdua, tanpa pengawal dan prajurit, tanpa ada penjagaan. Padahal Suraqah mengejar dengan pedang terhunus. Abu Bakar takut seraya berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah ia telah mendekati kita.”
Rasulullah saw kembali tersenyum kedua kalinya, karena ia tahu bahwa risalahnya akan senantiasa langgeng dan kafir durjana pasti akan mati. Dakwahnya pasti akan senantiasa hidup, dan pasti matilah orang-orang pendosa. Pasti prinsip-prinsip ajarannya menang mengalahkan kejahiliyahan, apapun bentuknya. Rasulullah saw. meyakinkan Abu Bakar dalam sabdanya, “Wahai Abu Bakar, kamu mengira kita ini hanya berdua, padahal Allah lah pihak ketiga.”
Suraqah kian mendekat sambil meneriaki Rasulullah saw. ketika itu kaki kuda terperosok ke dalam padang sahara, tidak bisa jalan. Kejadian itu berulang-ulang, Suraqah tidak bisa mendekat. Sampai akhirnya ia putus asa dan meminta tolong kepada Rasulullah saw. dan meminta jaminan rasa aman. Rasulullah saw memberi jaminan rasa aman kepadanya. padahal sebelumnya ia sangat berambisi membunuh beliau. Subhanallah!
Pada perang Badar al Kubra Rasulullah saw. ikut serta bersama-sama sahabat lainnya turun ke medan tempur. Pada waktu itu paceklik mendera kaum muslimin, sampai-sampai Rasulullah saw mengganjal perutnya dengan batu.
Wahai pemuja materi, wahai yang gandrung dengan pakaian dan aksesoris, wahai yang tergila-gila dengan aneka makanan, lihatlah seorang Rasul untuk semua manusia, perhatikan guru manusia; beliau kelaparan, tak menemukan sebutir kurma sekalipun, tapi beliau bersabar (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Satu persatu putrinya menginggal dunia. Putri pertama meninggal, beliau yang memandikannya, mengkafaninya, menguburkannya, dan beliau kembali dari pemakaman sambil tersenyum, karena beliau sabar,( فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Selang beberapa hari, putri beliau yang kedua menyusul yang pertama, beliau sendiri juga yang memandikan, mengkafani, menguburkan,. Begitu juga yang ketiga… beliau memandikan, mengkafani, menguburkan dan kembali dari pemakan dengan senyuman tersungging di bibirnya, karena beliau sabar, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Anak laki-laki beliau, meninggal di pangkuannya, baru berumur dua tahun. Beliau memandangi putranya dengan sepenuh kedekatan hati, air mata membasahi pipi beliau, beliau paling sabar di antara manusia. Rasulullah saw bersabda,
(تدمع العين، ويحزنُ القلب، ولا نقولُ إلا ما يرضي ربَنا، وإنا بفراقِك يا إبراهيمُ لمحزونون).
“Air mata berlinangan, hati tersayat, namun kami tidak berkata kecuali sesuai yang di ridhai Allah swt. Sungguh, kepergianmu wahai putraku Ibrahim menyisakan kesedihan banyak orang.”
Sungguh luar biasa keteguhan hatimu wahai Rasulullah, karena Allah berfirman kepadanya,
(فَاصْبِرْصَبْراً جَمِيلاً).
Beliau menyertai sahabatnya dalam perang Uhud. Para sahabat terpukul mundur. Banyak di antara kerabat dekat beliau yang meninggal sebagai syuhada’, sahabat-sahabat pilhan, tujuh puluh meninggal dunia. Jumlah yang tidak sedikit. Di antara mereka itu ada tokoh besar, Hamzah ra. Paman beliau yang senantiasa membela Nabi dengan pedangnya. Ia adalah asadullah -singa Allah- di dunia dan panglima syuhada’ di surga. Beliau melihat Hamzah meninggal dengan mengenaskan. Beliau melihat Sa’ad bin Rabi’ tubuhnya penuh luka. Beliau melihat Anas bin Nadhar dan lainnya, beliau meneteskan air mata. Air mata panas mengalir membasahi janggutnya yang mulia, namun beliau tetap tersenyum, karena Allah swt berpesan kepadanya, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Pada perang Mu’tah Rasulullah saw. mengirim pasukan untuk melawan tentara Romawi, dipimpin tiga panglima perang. Ketiganya syahid dalam waktu berturut-turut. Zaid bin Haritsah, Ja’far paman beliau, yang di juluki “Ath Thayyar” atau yang lincah, dan Abdullah bin Rawahah. Beliau melihat mereka menjadi syuhada dari jarak ratusan mil. Beliau melihat keluarga mereka berada di surga. Beliau tersenyum dalam tangisan, karena Allah swt berfirman kepadanya, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Pasukan sekutu, yang terdiri dari kaum munafikin, kuffar, musyrikin dan Yahudi mengepung Madinah. Rasulullah saw turun langsung menggali parit, menyingsingkan lengan, sedangkan perut beliau diganjal batu karena lapar. Dengan sepenuh kekuatan beliau memukul batu besar yang mengghalangi parit sehingga keluar kilatan api di udara, maka beliau bersabda,
هذه كنوزُ كسرى وقيصر، واللهِ لقد رأيتُ قصورَهما، وإن اللهَ سوف يفتحُها علي.
“Ini singgasana Kisra dan Kaisar. Demi Allah, sungguh aku melihat kerajaan keduanya, dan Allah akan menaklukkannya untukku.”
Orang-orang munafiq menertawakan beliau, “Bagaiman mungkin Muhammad menakklukkan Kisra dan Kaisar, padahal dia sendiri kelaparan tak berdaya.” Beliau tersenyum karena Allah swt berfirman kepadanya, ( (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً
Setelah berlalu dua puluh lima tahun, berangkatlah tentara Islam, pasukan perang dari Madinah untuk menaklukkan bumi Kisra dan Kaisar. Dengan melewati sungai yang sangat ganas dan dalam. Kenapa, karena Allah swt berbicara dengannya,
(فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Sungguh, demi Allah ini semua dalah ibrah, pelajaran yang sangat berharga, jika umat-umat ini sadar, sehingga bangsa-bangsa akan terselamatkan, adil dan damai. Namun, di mana orang yang membaca sirah perjalan hidup beliau?!.. Mana orang yang belajar dari peri kehidupan beliau?!..
Subhanallah, tiga hari empat malam beliau tidak memiliki sesuatu yang bisa dimakan. Beliau tidak memiliki sebutir kurma sekalipun, segelas susu, sepotong roti. Namun beliau ridha dengan pembagian rizki dan kenikmatan dari Allah swt. (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Beliau tidur di atas tikar, sehingga membekas dipinggangya. Beliau tidur di atas tanah karena saking panas, tidak berselimut, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Rumahnya dari tanah, jika beliau melayangkan tangannya ke atas, menyentuh atap, jika beliau berbaring, maka kepala beliau yang mullia menyentuh tembok dan kakinya mengenai tembok yang lain, karena dunia baginya tidak berarti, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Fir’aun berada di atas mimbar terbuatkan dari emas dan permadani, ia memakai sutera. Begitu juga raja Kisra, sedangkan Muhammad saw. beralaskan tanah, (فَاصْبِرْ صَبْراً جَمِيلاً)
Malaikat Jibril datang kepada Muhammad dengan membawa kunci-kunci kemewahan dunia dan menyerahkan kepadanya, seraya berkata, “Maukah kamu Allah memberi emas dan perak sebesar gunung?” Beliau menjawab, “Tidak, saya memilih sehari makan dan sehari lapar sampai saya berjumpa dengan Allah.”
Ketika ajal hendak menjemput beliau, dikatakan kepadanya, “Apakah kamu menghendaki dunia ? Kamu menginginkan kerajaan seperti kerajaan Nabi Sulaiman as. ? Beliau menjawab, “Tidak, justru saya ingin bersanding dengan Tuhan Yang Maha Tinggi
أقولُ ما تسمعون وأستغفرُ الله لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب، فاستغفروه وتوبوا إليه إنه هو الغفور الرحيم.

Jumat, 08 Oktober 2010

Manfaat Solawat Nariyah


Kali ini Kami ingin berbagi tentang sebuah doa yang sangat terkenal di kalangan kaum nahdliyin (NU). Namun begitu, tidak ada salahnya bagi anda yang mempunyai faham lain untuk mengamalkannya. Saya yakin anda akan mendapatkan sesuatu yang luar biasa dalam hidup anda karena ridho Allah swt…Amiien.

Beberapa manfaat dari sholawat nariyah antara lain :

1. Jika mendapat kesusahan karena kehilangan barang, hendaknya membaca sholawat ini sebanyak 4444 kali. Insya Allah barang yang hilang akan cepat kembali. Jika barang tersebut dicuri orang dan tidak dikembalikan, maka pencuri tersebut akan mengalami musibah dengan kehendak Allah swt. Setelah membaca Sholawat ini hendaknya membaca do’a sebagai berikut (boleh dibaca dengan bahasa Indonesia): “ Ya Allah, dengan berkah Sholawat Nariyah ini, saya mohon Engkau kembalikan barang saya”. Doa ini dibaca 11 kali dengan hati yang penuh harap dan sungguh-sungguh.

2. Untuk melancarkan rezeki, memudahkan tercapainya hajat yang besar, menjauhkan dari gangguan jahat, baca sholawat ini sebanyak 444 kali, boleh dibaca sendiri atau berjamaah.


3. Untuk menghilangkan segala macam kesusahan, memudahkan pekerjaan, menerangkan hati, meluhurkan pangkat, memperbaiki budi pekerti, menghindarkan malapetaka dan perbuatan buruk, baca sholawat ini sebanyak 40 kali setiap hari.

4. Jika dibaca 21 kali setelah shalat maghrib dan subuh akan terjaga dari musibah dan malapetaka apapun.


5. Jika dibaca 11 kali setiap selesai sholat 5 waktu (Shalat Wajib) akan terjaga dari bala’ ( kerusakan) lahir batin.

Syeih Sanusi berkata: “ Barangsiapa secara rutin membaca shalawat ini setiap hari
sebanyak 11 kali maka Allah swt akan menurunkan rezekinya dari langit dan mengeluarkannya dari bumi serta mengikutinya dari belakang meski tidak dikehendakinya”
















           

Rabu, 06 Oktober 2010

HIDAYAH

 Hidayah artinya petunjuk. Dan Allah menurunkan Al Qur’an sebagai petunjuk, Allah berfirman di pembukaan surah Al Baqarah: dzaalikal kitaabu laa raiba fiih, hudal lilmuttaqiin ( inilah al kitab – Al Qur’an- yang tiada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa). Dari ayat ini kita paham bahwa untuk mendapatkan hidayah Al Qur’an secara utuh, syaratnya harus bertaqwa. Bahwa banyak orang yang mengaku beriman  kepada Al Qur’an, tetapi belum mendapatkan hidayahnya. Bahwa tidak semua orang Islam patuh kepada tuntunan Al Qur’an. Perhatikan berapa banyak dari umat ini yang melanggar dengan sengaja apa yang diharamkan dalam Al Qur’an. Berapa banyak yang dengan tanpa merasa berdosa, mereka berani membuka aurat, berzina, korupsi, makan harta riba, padahal mereka secara ritual menegakkan shalat, pergi haji, dan melaksanakan puasa Ramadhan. Lebih jauh, banyak dari para anak yang berani kepada orang tuanya, menyakiti hati ibunya, padahal tuntunan mencintai orang tua dan  mengabdi kepada mereka, adalah tuntunan yang sudah lama Allah turunkan. Semua nabi yang Allah utus diperintahkan untuk menyampaikan hal tersebut. Al Qur’an sangat jelas menceritakan syariah ini. Tidak ada keraguan di dalamnya bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua adalah sebuah keniscayaan. Tetapi sayang syariah ini telah banyak diabaikan. Berapa banyak orang tua yang terlantar atau sengaja ditelantarkan dengan alasan mengejar harta. Kesibukan telah membuat para anak mencari alasan untuk menghindar dari kewajiban membantu orang tua. Lebih parah, bahwa seringkali orang tua disakiti hatinya, ditunggu harta warisannya, dan dipercepat kematiannya. Padahal para anak itu secara ritual rajin shalat dan rajin melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. Di manakah hidayah dalam hatinya.
Banyak juga dari orang tua yang hanya sibuk mendidik anak-anak mereka untuk urusan mencari makan. Sementara untuk urusan agamanya diabaikan. Akibatnya banyak anak muda yang kini berhasil secara duniawi, sementara mereka secara akhirat, sangat minim bekalnya. Mereka tidak tahu cara mengisi waktunya. Shalat ditegakkan secara formalitas, sementara di saat yang sama mereka bergaul bebas, dengan tanpa merasa berdosa. Tidak sedikit dari mereka yang terbiasa berzina. Dan itu dianggap sah-sah saja. Pun sudah banyak buktinya dari mereka yang hamil dan punya anak di luar nikah. Para orang tua mereka di saat yang sama orang-orang yang taat beribadah. Dalam kondisi seperti ini, kita bertanya, di manakah peran hidayah Al Qur’an yang mereka yakini? Apa arti pengakuan beriman kepada Al Qur’an, bila ternyata secara terang-terangan ajaran Al Qur’an di abaikan? Apakah cukup hidayah Al Qur’an, diartikan sebatas kepatuhan ritual saja, sementara secara moral sangat bejat?
Bila dilacak lebih jauh, ternyata banyak dari para koruptor, adalah orang-orang yang mengaku beriman kepada Al Qur’an. Demikian juga tidak sedikit dari para pelacur yang memakai jilbab dan mengaku sebagai seorang muslim. Ketika ditegur, mereka menjawab: inilah jalan yang bisa dilakukan untuk hidup. Bukan hanya itu, sogok-menyogok juga dianggap jalan halal untuk mendapatkan penghasilan. Lebih parah lagi, perampokan, pencurian, melakukan sistem riba dan lain sebagainya, sengaja mereka lakukan demi untuk mendapatkan tambahan income. Dan ini semua dianggap lumrah dan boleh-boleh saja. Padahal di dalam Al Qur’an dan As sunnah itu semua jelas diharamkan.
Bandingkan dengan kondisi para sahabat ketika mereka mengambil hidayah ini. Seketika mereka langsung mengambilnya secara utuh. Mereka menerima Al Qur’an secara maksimal, tidak main tebang pilih. Ketika datang perintah shalat mereka langsung menegakkannya secara maksimal. Ketika turun larangan minum khamer, mereka seketika segera meninggalkannya. Sampai dikatakan bahwa pada saat itu kota Madinah banjir khamer. Karenanya mereka berkah, sebagaimana berkahnya Al Qur’an. Mengapa? Karena mereka benar-benar mengambil Al Qur’an secara lengkap, tidak sebagian-sebagian. Dari sini jelas bahwa tidak akan berkah suatu umat yang hanya mengambil Al Qur’an sepenggal-sepenggal. Perhatikan apa yang telah dicapai para sahabat, sebagai bukti keberkahan. Mereka telah berhasil membangun peradaban yang indah dan menyelamatkan kemanusiaan, belum pernah sebelum atau sesudahnya ada kaum yang bisa membangun peradaban yang sama. Padahal jumlah mereka sangat sedikit, dibanding dengan jumlah umat Islam saat ini.
Kini kita sangat butuh cara mengambil hidayah Allah seperti apa yang telah diperbuat oleh para sahabat. Hidayah yang mengantarkan agar manusia benar-benar kenal siapa Tuhan mereka. Hidayah agar orang-orang beriman tidak menjadi umat yang pasif, melainkan umat yang bergerak dengan penuh keseimbangan (tawazun): seimbang antara ritual dan sosial, pun seimbang antara dunia dan akhirat. Hidayah agar umat ini benar-benar mengambil ajaran Allah secara utuh dan maksimal bukan sepenggal-sepenggal. Sungguh rahasia keberkahan umat ini adalah ketika mereka mengambil hidayah Allah secara komprehensif. Inilah langkah yang harus kita buktikan. Wallahu a’lam bish shawab.

Kamis, 30 September 2010

Figur Seorang Pemimpin


Tipe atau figur seorang pemimpin menurut Islam harus memiliki beberapa sifat antara lain :
1.  Memiliki sifat jujur, adil dan amanah.
2.  Selalu dalam keadaan istiqamah. Artinya, teguh pendirian dalam mempertahankan kebenaran. Tidak tergoda oleh berbagai godaan yang akan menjerumuskannya ke lemah maksiat.
3.  Bersikap bijaksana dan berpandangan luas dalam mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi.
4. Memiliki integritas kepribadian yang kuat, ditopang oleh kecakapan dan memiliki ilmu yang luas.
5. Mengutamakan kepentingan umat (rakyat) di atas kepentingan pribadi dan golongan serta memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang diembannya.
6. Dalam bertugas pemimpin itu harus ikhlas dan bersih dari hal-hal yang ingin mencari popularitas. Memiliki sifat terbuka dan jauh dari sifat otoriter.

IRSADA


Ikatan Remaja Masjid Sabilulhuda ( IRSADA ) berdiri di lingkungan Blondo, suatu organisasi yang bergerak di bidang agama Islam, kemasyarakatan dan juga ikut berperan aktif di dalam memajukan Lingkungan Blondo Kel. Bawen Kab. Semarang.